"Aku ingin kau jadi koki di rumahku selama 30 hari." Anna tersentak kaget. Entah dosa apa yang Anna lakukan di masa lalu, hingga dia harus terjebak dengan Dominic di musim dingin yang harusnya dihabiskan untuk berlibur! Akankah Anna bisa lari dari ancaman pria matang itu? Atau ... dia menyerah saja dengan semua gairah yang mendadak tercipta di antara keduanya di tengah musim dingin ini? Jangan lupa buat follow IG @amy_asya99
View MoreDominic membuka pintu, dan melihat televisi yang masih menyala di ruang tamu. Sedangkan Anna sudah tertidur dengan lelap di sofa. Waktu menunjukkan jika sudah tengah malam, gadis itu pasti menunggunya sejak tadi. Dominic menarik sudut bibirnya sedikit saat melihat ice cream yang sudah dia beli untuk Anna. Daripada membangunkan kekasihnya, Dominic memilih untuk menyimpan ice cream tersebut di dalam kulkas saja. Baru setelah itu, Dominic mengangkat tubuh Anna untuk pindah ke dalam kamar. "Kau sudah pulang, Dom?" tanya Anna dengan suara serak. Mata gadis itu mengerjap karena Dominic mengangkat tubuhnya, yang membuat dia sempat kaget tadi. "Hm, baru saja. Kenapa terbangun?""Ice cream-ku mana?" tanya Anna dengan mata membuka lebar. Dia tidak menjawab pertanyaan yang Dominic katakan tadi. "Ice cream?"Anna menganggukkan kepala dengan menengadahkan tangan di depan wajah Dominic. Wajahnya sekarang mirip seperti anak kecil yang menginginkan sesuatu. "Kau lupa membelikannya?""Tidak, S
"Mau ke mana?" tanya Anna ketika melihat Dominic bersiap-siap. Ini sudah malam hari, dan pria itu baru akan pergi setelah seharian di apartemen. "Aku mau bertemu Harry, Sayang. Hanya sebentar.""Oh. Kalau begitu boleh aku titip sesuatu?" Anna mulai menatap Dominic dengan penuh harap. Jika sudah seperti ini, bagaimana mungkin Dominic bisa menolak Anna? Apalagi gadis itu melihatnya dengan menggemaskan. "Boleh. Mau dibelikan apa?""Ice cream seperti biasanya."Dominic melihat jam di pergelangan tangannya. "Malam-malam mau makan ice cream?""Cuma sedikit," ucap Anna dengan tersenyum manis. Sengaja dia lakukan agar Dominic mau membelikannya. Dominic yang gemas langsung mencubit pipi Anna. "Kalau ada maunya baru mau tersenyum manis seperti itu. Apa aku batalkan saja janjiku pada Harry?""Eh, kenapa?" Anna langsung tergagap setelah melepaskan tangan Dominic dari pipinya. "Aku tidak tahan jika harus meninggalkanmu, Sayang. Aku rasa, aku bisa gila gara-gara kau tersenyum menggoda seperti
Pagi itu, Anna bangun lebih dulu. Dia merasa lebih baik setelah tidur nyenyak semalaman. Anna juga cukup terkejut saat melihat kondisi apartemen yang sudah kembali rapi lagi. Dominic dan teman-temannya benar-benar bekerja dengan keras sepertinya. Tanpa dia tahu jika hanya Harry dan Austin saja yang membersihkan apartemen sepenuhnya Jadi, Anna membuat sarapan dengan suasana hati yang baik pagi ini. Gadis itu tersentak saat merasakan sepasang tangan besar tiba-tiba saja melingkar di perutnya. Sesaat kemudian, dia bisa mengirup aroma harum dari sabun mandi milik Dominic. "Kau sudah bangun, Dom?""Hm, sudah mandi juga. Kau sedang membuat sarapan apa, Sayang?" tanya Dominic dengan meletakkan dagunya di pundak Anna. Dia suka berada dalam posisi ini. "Roti lapis. Oh, iya, kau sudah bertanya malam tadi pada Austin, apakah dia mau mengantar Daniella belanja hari ini? Jika tidak aku yang akan mengantarkan Daniella." Anna benar-benar lupa semalam karena kejadian luar biasa yang tidak pernah
Dominic sedikit tertegun saat melihat Harry dan Austin berdiri di depan pintu apartemennya. Wajah kedua sahabatnya itu juga terlihat gelisah. "Dominic!" panggil keduanya secara bersama-sama. "Kenapa kalian ada di sini?" "Aku dengar dari Adam jika kau dipanggil oleh polisi. Ada apa? Apa ada masalah serius?" Harry langsung bertanya tanpa jeda. "Hm, cepat katakan ada apa? Harry menelponku tadi, dan aku langsung kemari. Kau tidak biasanya mau terlibat dengan kepolisian," timpal Austin juga. Mereka sangat panik tadi dan langsung datang ke apartemen Dominic. Cukup lama kedua pria itu menunggu, sekitar tiga puluh menit yang lalu. "Kita bicara di dalam saja." Dominic langsung berjalan mendahului kedua sahabatnya dan juga Anna. Ceklek!"Aku mau mandi dulu, Dom," kata Anna yang langsung menuju kamar. Tubuhnya sudah lengket karena kegiatan mereka seharian ini. Dominic hanya mengangguk. Kemudian dia hanya bisa menggeleng pelan saat melihat Harry dan Austin langsung duduk dengan raut penuh
Dominic segera berlari saat melihat Frank tiba-tiba saja mencekik Anna. "Bajingan! Apa yang kau lakukan?" teriak Dominic dengan mata melotot. Dia berusaha menepis tangan Frank yang mencekik Anna dengan sangat kuat. Wajah gadis itu sudah memucat dengan napas yang mulai tak beraturan. "Lepaskan!""Lepaskan, pria tua!" bentak polisi yang menemani Dominic tadi. Bukannya menuruti perintah polisi, Frank justru semakin mencengkram leher putrinya dengan sangat kuat. Selama ini dia tidak pernah berhasil melenyapkan gadis itu, setelah mencoba berbagai cara. Jadi, sekarang Frank akan menghabisi Anna tanpa ampun. Dia tidak peduli jika akan dipenjarakan. Toh, dengan Anna mati atau tidak, Frank akan tetap di penjara. "Bajingan!"Bug! Dominic langsung menghantam wajah Frank dengan tangannya sendiri. Dia tidak peduli lagi dengan status pria tua itu sebagai ayahnya Anna, atau di mana mereka berada. Frank yang merasa kesakitan langsung melepaskan cekikan pada Anna, dan menyentuh bibirnya yang
Setelah mendapatkan kabar tentang Frank yang berada di kantor polisi, Dominic dan Anna bergegas mengunjungi tempat tersebut, dan mencari tahu masalah apa lagi yang disebabkan oleh Frank. "Maafkan ayahku, Dom." Anna berkata setelah mereka cukup lama diam di dalam mobil. Dia sungguh merasa tidak nyaman sekarang. Dominic menoleh kemudian mengusap rambut Anna seraya tersenyum tipis. "Kita akan cari tahu apa masalahnya."Anna hanya mengangguk. Jika boleh berkata jujur, rasanya Anna sudah tidak punya wajah lagi di depan Dominic karena Frank terus saja berulah. Kemarin pria itu meminta uang dengan jumlah besar pada Dominic, tetapi Anna melarang untuk memberikannya. Jika terus diberi, Frank pasti akan muncul lagi dan terus meminta uang. "Dominic, aku ingin membicarakan sesuatu," ucap Amna dengan sedikit bimbang. "Ya, Sayang. Katakan saja, aku akan mendengarkan.""Sebenarnya ayahku seorang pecandu obat-obatan dan alkohol. Apa dia menyebabkan masalah yang berkaitan dengan barang-barang itu
"Kita jadi foto prewedding hari ini?""Jadi. Ini aku—“ Dominic langsung menutup mulutnya dengan mata yang berkedip berkali-kali saat melihat penampilan Anna di hadapannya sekarang. "Kenapa, ada yang salah?" Anna bertanya setelah melihat Dominic yang hanya diam melongo saja. "Kau mau ke mana?" tanya Dominic dengan menelan ludahnya. "Katanya kita mau pergi." Anna mendengkus kesal. Dominic ini bagaimana, sih? "Jadi, mau ke mana lagi?""Iya, aku tau, Sayang. Tapi, pakaianmu itu—“"Apa aku terlihat aneh, ya?" tanya Anna yang langsung memotong perkataan Dominic, dengan tertunduk lesu. Gadis itu menatap dress berwarna putih dengan motif bunga yang dipakainya sekarang. "Nggak aneh." Dominic langsung menggeleng cepat. "Kau justru terlihat lebih cantik, Sayang. Aku sampai terpesona."Dominic tidak berbohong. Biasanya Anna selalu memakai jeans dan sweater saja untuk pakaian sehari-hari. Kini gadis itu terlihat lebih anggun dengan dress putih bercorak, dan tentu saja terlihat lebih segar. "
"Kau baik-baik saja?" tanya Dominic sembari membantu Anna duduk di atas ranjang. Wajah gadis itu masih tampak pucat, tetapi napasnya mulai terdengar beraturan, setelah serangan panik yang melandanya tadi selepas Frank pergi. Anna mengangguk lemah. Rasanya dia sudah bosan terus seperti ini, merasakan serangan panik dan juga ketakutan setiap kali bertemu dengan Frank. "Sebaiknya kau istirahat saja. Butuh aku panggilkan dokter, Sayang?""Tidak perlu, Dom. Bagaimana dengan rencana foto kita?"Dominic memegang pundak Anna dengan senyum tipis. "Kita masih bisa menundanya dan pergi besok pagi. Kebetulan besok aku tidak ke kantor.""Ibumu tidak marah?" Anna menatap Dominic dengan wajah polos. Sebelumnya Dominic bilang jika Elena sudah meminta mereka melakukan sesi foto prewedding hari ini. Jadi, Anna takut Elena akan marah jika tahu mereka menundanya lagi. "Itu aka menjadi urusanku nanti. Sekarang istirahat saja, kebetulan aku juga tidak akan ke kantor lagi."Anna menuruti perintah Domin
Dominic menepikan mobilnya di depan toko kue milik Anna. Sebelumnya, dia sudah mendapatkan kabar bahwa Anna ada di toko kue sehabis menjemput Daniella tadi. Namun, saat langkah kaki Dominic semakin mendekat, pria itu menyipitkan mata ketika melihat Frank sedang duduk di dalam dengan memakan roti. Tidak hanya itu, ada Anna di depannya yang sedang menunduk dan tampak terintimidasi. Melihat kegelisahan di wajah Anna, Dominic mempercepat langkah kakinya, dia tahu seperti apa rasa takut yang Anna alami jika bertemu dengan Frank. Jadi, dia harus cepat sebelum terjadi sesuatu dengan gadis tersebut. "Anna!" panggil Dominic yang membuat Anna dan Frank menoleh seketika. Dominic bisa melihat senyum tipis yang terukir di bibir Frank saat melihat kehadiran dirinya. "Hai, calon menantuku," sapa Frank dengan senyuman penuh makna. Dia harus bisa bersikap ramah pada calon menantunya. Tanpa menjawab sapaan Frank, Dominic langsung menarik kursi di samping Anna, dan ikut duduk tanpa diminta lebih
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.