Setelah sepuluh tahun berpisah dari keluarganya, Marco Asmara kembali pulang. Tapi kepulangannya justru merupakan awal petaka bagi dirinya. Sepuluh tahun ternyata cukup untuk mengubah sosok gadis kecil manja yang dulu disayanginya, menjadi seorang remaja yang sangat cantik. Cassandra Armeta tidak pernah melupakan sosok Om Marco dalam hidupnya. Ia selalu menantikan kedatangan Marco kembali. Baginya Marco Asmara adalah cinta pertama dalam hidupnya. Demikian pula sebaliknya. Marco tetap menjaga kewarasannya dengan tidak menanggapi godaan dari Cassandra. Ia menolak dan berusaha menjauh dari keponakannya itu. Ia terus menyakiti Cassandra dengan agar keponakannya itu membencinya. Sebuah kisah cinta terlarang yang tak seharusnya terjadi. Mungkinkah cinta mereka akan bersatu?
View MorePertanyaan itu seakan sengaja menyudutkan Marco. Lelaki itu menghela napas panjang. Ia tidak membiarkan emosinya menguasai kesadarannya. “Semua ini karena dia salah paham dan mengira aku sudah menyewa seseorang untuk membunuhnya,” papar Marco. “Padahal justru aku sedang memerintahkan seseorang untuk menjaganya.” “Benarkah?” Marco mengeraskan rahangnya. “Bagaimana denganmu sendiri. Apa yang sudah kamu lakukan di masa lalu? Kenapa lelaki itu berambisi untuk membunuh Cassandra? Dosa apa yang kamu lakukan dua puluh tahun yang lalu?” cecar Marco. Irfan tertawa sambil menggelengkan kepalanya. “Apa pedulimu? Bukankah yang terpenting aku menghasilkan banyak uang untuk bisa kamu pakai?” “Kak Irfan! Kalau memang Cassandra bukan putri kandungmu, kenapa kamu justru mau menikahinya dua puluh tahun yang lalu?” “Karena ayahnya menawarkan Sophie Laurent, sebagai bayarannya,” sahut Marco. “Dan aku tak bisa menolaknya karena saat itu kamu sedang membutuhkan banyak uang untuk biaya pendidikanmu.”
“Amnesia?” Sepasang manik mata lelaki itu membola mendengar penjelasan Dokter Ivan. “Amnesia disosiatif. Ada beberapa bagian peristiwa dalam hidupnya terlupakan olehnya. Sepertinya ia mengalami trauma kejadian di masa lalunya dan reaksi pikirannya mencegah untuk mengingat kembali hal yang tak ingin diingatnya,” jelas Ivan. “Jadi … dia tidak akan mengingatku lagi?” tegas Marco yang masih tak bisa menerima kenyataan. “Mungkin saja ingatannya akan kembali,” lanjut Ivan. “Semua ini tergantung pada keinginannya. Aku, atau bahkan dokter ahli dimanapun tak bisa mengatakan dengan pasti kapan memorinya akan kembali.” Tubuh Marco kembali terasa lemas dan tak bergairah. Harapan yang semula ada, tiba-tiba lenyap dengan seketika. Ia merasa seperti dihempaskan begitu saja dari tempat yang tinggi oleh kenyataan. “Cassandra, anakku.” Wajah Irfan memerah dengan ekspresi yang tak jelas. “Seharusnya aku lebih memperhatikan dia. Tolong, Dokter. Lakukan apapun yang terbaik agar dia segera pulih kembal
Marco menatap wajah pucat yang terbaring lemah di dekatnya. Digenggamnya tangan gadis yang seolah lelap dalam tidurnya itu. Kepalanya yang terbalut perban dan selang infus yang menempel di pergelangan tangannya, membuat kondisi Cassandra semakin dramatis. Semenjak peristiwa itu, Marco sama sekali tak beranjak dari ruangan itu. Lelaki itu merasa bertanggung jawab atas semua yang dialami oleh Cassandra. Ia merasa bersalah dan juga tak tega untuk meninggalkannya bahkan untuk sekejap saja. Tak ada lagi wajah ceria nan manja yang memanggilnya Om. Tak terdengar lagi suaranya yang merdu merayu saat meminta sesuatu. Marco menundukkan kepalanya. Matanya terasa berat karena tak dapat dipejamkan beberapa hari terakhir. Dengan tangan masih menggenggam erat gadisnya, ia pun berusaha memejamkan mata. Namun seperti sebuah mimpi, jemari yang digenggamnya terasa bergerak. Marco menegakkan kembali kepalanya. Ia menatap wajah pucat gadis yang masih tampak lelap dalam tidurnya itu. Ia merasa kecewa
Buk!Kepalan tangan Irfan mendarat begitu saja di wajah Marco. Wajah lelaki lima puluhan itu memerah karena emosinya. “Dasar keparat!” teriak Irfan. Ia mendekati Marco dan kembali menyarangkan tinjunya ke wajahnya. Marco bergeming di tempatnya. Ia sama sekali tak memberikan perlawanan. Ia merasa bagaimanapun juga ini adalah kesalahannya dan dia pantas menerima hukuman itu. “Cassandra … anakku,” ucapnya dengan suara gemetar. “Aku sudah membesarkan dan menjaganya baik. Dan karena kelalaianmu, dia harus menderita seperti ini.” Marco mengeraskan rahangnya. “Maaf.” Hanya kata itu yang terucap dari bibirnya. Ia terduduk dengan lesu di ruang tunggu. Tak dihiraukannya semua ucapan kakaknya. Yang ada dalam pikirannya hanyalah keadaan gadis itu. Ia hanya dapat menunggu kabar dari dokter yang belum juga selesai memeriksanya. “Marco, jawab aku. Apa sebenarnya yang membuat dia bertindak ceroboh seperti itu?” cecar Irfan. “Ada seseorang yang berusaha menyingkirkan dia,” sahut Marco. Ia menga
“Tolong jangan katakan kalau kakakku adalah pelakunya,” potong Marco. Ia mendadak gugup. Jantungnya berdebar karena tak sanggup menghadapi kenyataan seandainya saja Irfan benar-benar ayah biologis kekasihnya. Suara tawa terdengar dari dalam ponselnya, seolah lelaki itu sedang menikmati rasa penasaran dari orang yang membayar jasanya. “Tidak … tidak. Pada kenyataannya kasus ini tidak pernah tersebar ataupun diberitakan. Semua saksi bungkam karena ayah Marini menginginkannya.”“Mustahil!”“Itu hal biasa yang dilakukan oleh orang-orang kaya pada umumnya. Mereka tidak mau reputasinya hancur hanya karena kesalahan yang dibuat oleh anaknya.” Marco merasa kesal. Lagi-lagi ia tak mendapat informasi yang cukup berarti. Semua penyelidikannya seperti berjalan di tempat. “Menurut kesimpulanmu, apa yang sebenarnya terjadi pada mereka berempat?” tanya Marco saking frustasinya. “Bisa saja setelah semua kejadian itu, Marini mengakui jika ayah dari putrinya adalah Irfan. Sehingga ayahnya memutus
“Kenapa? Apa kakimu sakit lagi?” tanya Marco dengan wajah cemasnya. Gadis itu menarik sudut bibirnya sambil menggelengkan kepalanya. Jantung Marco yang seakan mau copot, tiba-tiba terasa lega. “Sepertinya kamu memang perlu dihukum,” bisiknya di telinga gadis itu. “Aku tidak akan mengampunimu, bocah nakal.” Sepasang tangan besar itu pun menggelitik di pinggang Cassandra, membuat gadis itu tertawa sambil menggeliat layaknya cacing kepanasan. Tapi Marco seakan tak ingin berhenti menggelitik. Ia terus menggelitik tanpa mengindahkan keponakannya yang berteriak minta ampun. Tak kehilangan akal, Cassandra melingkarkan kedua tangannya, memeluk leher Marco. Namun karena Marco tetap menggelitik, Cassandra menyerangnya dengan sebuah kecupan. Dan ia berhasil, perhatian Marco teralihkan. Keduanya kembali saling memagut dengan penuh hasrat. Sementara tangan-tangan mereka sibuk membuka pakaian pasangannya, seakan berlomba adu cepat, untuk menikmati sesuatu yang tersembunyi di baliknya. Marco
Reana mengepalkan tangannya dan tanpa disadarinya, tangan itu melayang dan mendarat di pipi lelaki di hadapannya. Belum pernah ia merasa sekesal ini. “Kamu benar-benar pengecut,” ucapnya meluapkan emosinya. “Kenapa kamu harus menjanjikan sesuatu yang tidak bisa kamu tepati? Kenapa kamu memberinya harapan, di saat kamu tak yakin bahkan dapat menjalaninya? Dan setelah itu ….”Reana menghela napas panjang, memperlihatkan perasaan kecewanya yang teramat. “Kamu meninggalkannya tanpa berita,” sambungnya. “Tak bisakah kamu memikirkan sedikit saja perasaannya?” Sensasi panas yang terasa di pipinya, tak membuat emosi Marco meningkat. Ia sadar bahwa semua yang dilakukannya memang sepenuhnya salah. Lelaki itu hanya menggerakkan otot rahangnya untuk meredakan nyeri yang dirasakannya. Lalu ia menarik sudut bibirnya untuk membentuk sebuah senyuman. “Semua kulakukan karena dia mendesakku. Dia memaksaku menjanjikan semua itu. Dan satu hal yang lagi yang perlu aku sampaikan, kisah sepuluh tahun ya
“Bukan sesuatu yang penting,” sahut Marco sembari menggaruk puncak hidungnya yang tidak gatal. “Cuma … aku masih mengkhawatirkan kamu setelah adanya insiden tadi. Apa kakimu sudah membaik?” Marco mengulurkan tangannya, hendak menyentuh pergelangan kaki bagian kanan gadisnya yang sempat dioleskan dengan minyak. Tapi Cassandra dengan cepat memegang tangannya. “Jangan Om,” tolaknya. Ia takut jika sentuhan itu akan kembali menyakiti kakinya. “Masih sakit?” tanyanya. Gadis itu menganggukkan kepalanya. “Sedikit,” sahutnya. “Maaf, gara-gara insiden tadi, pekerjaan Om jadi terbengkalai.” Marco menarik sudut bibirnya. “Semua sudah diatasi oleh Niken. Pertemuan-pertemuan itu sudah dijadwalkan ulang olehnya.” “Syukurlah.” Cassandra merasa sangat lega. Setidaknya ia tidak membuat ayahnya marah karena mengganggu pekerjaan Marco. Gadis itu bangkit dari kursinya. Ia melangkah sambil menyeret satu kakinya yang masih terasa sakit. “Kamu mau kemana?” tanya Marco pada keponakannya itu.“Kembali
Suara notifikasi pesan masuk terdengar dari ponsel Marco, membuat Cassandra merasa penasaran. “Siapa sih yang kirim pesan malam-malam gini? Hmm … itu Bu Zissy, ya? Atau cewek cantik itu lagi?” cecarnya.Marco mencubit hidung keponakannya. “Kenapa? Kamu cemburu?” Gadis itu melancipkan bibirnya. “Siapa juga yang nggak bakal cemburu,” sahutnya. “Ini … ini dan ini,” lanjutnya sembari menunjuk bibir, dada dan bagian intim Marco. “Semua ini punya aku. Nggak boleh ada yang sentuh, selain aku.” Marco tertawa geli melihat tingkah kekanakan Cassandra. Tapi keceriaan dan keluguannya selalu membuat hidup Marco berwarna. “Sebaiknya kamu mandi dulu,” tuturnya. “Aku akan segera menyusulmu. Ada hal penting yang harus aku selesaikan dulu.” Cassandra mendecak kesal. “Tapi kakiku masih sakit, Om,” rengeknya. Diulurkannya kedua tangannya pada Marco, berharap agar lelaki itu menggendongnya. Marco menghela napas. Ia tahu Cassandra tidak suka sebuah penolakan. Ia akan mencari cara agar keinginannya s
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.