Sena Monela tidak pernah menyangka keputusannya memakai gaun milik kakaknya di hari ulang tahun kekasihnya malah mendatangkan kesialan baginya. Seorang pria misterius mendadak menangkapnya karena mengira ia adalah Giana, kakak Sena, dan merenggut kehormatannya secara keji. Alexander Sagala begitu geram saat mengetahui adiknya mengalami depresi berat setelah ditinggalkan oleh wanita yang sangat dicintainya dan ia bersumpah akan membuat wanita itu mengalami kehancuran yang sama. Namun, Xander tidak pernah menyangka ia akan menangkap wanita yang salah. Bagaimana nasib Sena selanjutnya saat alih-alih dibebaskan karena salah culik, Sena malah menjadi tawanan pria itu? **
view more"Ternyata rumahmu begitu nyaman, Sena." Andrew tersenyum menatap rumah Sena saat ia bertamu malam itu bersama Xander. Xander dan Andrew mengantar Sena bersama beberapa hari ini, tapi ini pertama kalinya Andrew masuk ke rumah Sena. "Ya, aku nyaman sekali tinggal di sini tapi maaf karena aku tidak punya apa-apa untuk disajikan," seru Sena yang tidak menyangka kalau Andrew ingin bertamu. "Ah, tidak apa, Sena. Tidak perlu menyajikan apa-apa." Xander hanya melirik Andrew yang berkeliling di rumah Sena, sebelum akhirnya ia mengajak Andrew pulang. "Andrew, lebih baik kita pulang saja. Sena juga mau istirahat kan?" "Ah, iya, Kak. Maaf, aku hanya terlalu antusias." Andrew kembali tersenyum, namun ada sesuatu dalam senyuman itu yang terlihat berbeda karena untuk sesaat, Andrew teringat pada Giana yang juga tinggal di rumah ini dulu. Entah di kamar mana Giana tidur, tapi Andrew sudah tidak mau mencari tahu lagi karena ia sudah memutuskan untuk move on. Andrew pun mengembuskan napas pan
Beberapa hari berlalu dan Andrew pun ternyata bekerja lebih baik daripada bayangan Xander. Xander tahu Andrew memang pintar, tapi Andrew tidak punya pengalaman bekerja kantoran sebelumnya karena pria itu punya kegemaran sendiri. Namun secara mengejutkan, Andrew bekerja dengan sangat sempurna sampai Xander pun tidak berhenti mengagumi adiknya sendiri.Bahkan, Xander merasa begitu bangga setiap melihat Andrew berkutat dengan pekerjaannya, walaupun sejak Andrew bergabung di sana, Xander jadi tidak bisa mengekspresikan perasaannya dengan bebas seperti biasanya. Beberapa kali saat mereka sedang bersama, Xander yang sudah biasa menyentuh Sena atau membelai kepala Sena pun sudah mengulurkan tangannya, namun untung saja ia bisa menahan dirinya. Pernah saat Xander akan menggenggam tangan Sena di atas meja, Sena segera menarik tangannya sampai Xander akhirnya hanya menggenggam tutup bolpennya di atas meja itu. Pernah juga Xander yang berniat membelai kepala Sena pun langsung menggantung ta
Xander nampak belum mempercayai pendengarannya kalau adiknya itu mau bekerja di perusahaan sampai Xander pun hanya menganga takjub. Sedangkan Andrew hanya terus tersenyum menatap kakaknya itu. "Maaf belum memberitahumu sebelumnya, Kak. Tapi aku sudah memikirkannya beberapa hari ini, bahkan aku sudah banyak membaca buku-buku yang dulu pernah kau berikan padaku Aku sudah siap bekerja di perusahaan, Kak. Seperti yang selalu kau inginkan," seru Andrew lagi dengan penuh keyakinan. Andrew pun menatap Xander dengan tatapan yang begitu yakin, namun Xander malah mematung tanpa ekspresi. Cukup lama Xander hanya menatap Andrew tanpa mengatakan apa pun sampai Andrew pun mengernyit dibuatnya. "Kak, mengapa kau diam saja? Apa kau berubah pikiran? Aku tidak boleh bekerja di sini? Kau tidak suka dengan keputusanku?" Xander yang mendengar suara Andrew pun mendadak tersentak. "Ah, Andrew, itu ... tidak! Tentu saja aku senang sekali akhirnya kau mau bergabung di perusahaan." Andrew yang mendenga
Beberapa hari berlalu dan Sena merasa lebih lega tinggal di rumahnya sendiri. Walaupun Xander terus menjemputnya di pagi hari dan mengantarnya pulang di malam hari, tapi Sena menikmati aktivitas itu. Sena juga selalu menolak ajakan Xander pergi berkencan, tapi Sena membiarkan Xander berada di rumahnya walaupun tidak pernah lama. "Kau pulang saja, Xander. Biar aku yang mencucinya sendiri." Sena meraih piring yang sedang dicuci oleh Xander dan meminta Xander pergi dari rumahnya malam itu. Namun, Xander meraih balik piring itu dan menolaknya. "Biar aku yang mencucinya. Lagipula aku masih mau di sini, Sena. Mengapa kau suka sekali mengusirku, hah? Setiap selesai makan malam, kau selalu memintaku pulang." "Apa lagi yang mau kau lakukan di rumahku? Aku juga perlu istirahat lebih pagi." "Aku mau menemanimu istirahat." "Tidak perlu, Xander. Sudah sini, biar kucuci sendiri." Sena kembali meraih piringnya dari Xander dan kali ini Xander memberikannya. Xander pun mencuci tangannya sam
Ini salah! Ini sangat salah! Sena benar-benar berniat menjauh dari Xander namun Xander malah berakhir di rumah Sena saat ini, membuka kotak-kotak makanan yang sudah ia pesan dan terlihat sangat bersemangat. "Ayo makan, Sayang! Makanlah yang banyak, kau suka makanan ini kan? Aku sudah memesannya sesuai seleramu." Xander begitu telaten melayani Sena dan keadaan benar-benar berbalik. Dari seorang pria yang awalnya dominan, dingin, dan otoriter, mendadak menjadi pria yang penyayang dan lembut. Sena pun hanya bisa terdiam di kursinya, namun ia melirik tidak nyaman. Kalau saja perasaan Sena tidak terganjal masalah Miranda, mungkin saat ini Sena akan begitu menikmati kebersamaannya dengan Xander. "Xander, aku bisa mengambilnya sendiri, tapi berjanjilah padaku kau akan pulang setelah makan." "Sena, sejak tadi kau terus mengusirku, apa kau sadar itu? Aku masih mau di sini, Sena. Lagipula rumah ini kan ...." Xander terdiam sejenak dan ia baru ingat kalau ini bukan rumahnya lagi. Xander
Xander mematung sejenak mendengar ucapan Sena. Untuk sesaat, ia tidak percaya dengan apa yang Sena katakan. Xander sendiri baru menyelesaikan pekerjaannya di luar kantor dan sebenarnya ia tidak punya kepentingan lagi untuk kembali ke kantor, hanya saja demi Sena, ia kembali. Dengan bersemangat, Xander ingin mengajak Sena berkencan sebelum pulang bersama, namun saat ini ia benar-benar terdiam dan kehilangan semangatnya. "Apa maksudmu tidak akan tinggal bersamaku lagi, ada masalah apa lagi kali ini, Sena?"Sena mengembuskan napas panjang mendengar ucapan Xander, tapi ia sudah bertekad penuh untuk tidak mengubah keputusannya. Tanpa disadari, terlalu insecure membuat Sena akhirnya harus mengambil keputusan seperti ini. "Tidak ada masalah, Xander. Hanya saja, seperti perjanjian awal, setelah Andrew sembuh, aku boleh kembali ke rumahku kan? Kau sendiri yang bilang begitu kan?" "Tapi Andrew belum sepenuhnya sembuh, Sena." "Aku sudah melihatnya begitu sehat dan normal, Xander. Dia hanya
Orang lain hanya bisa menyakitimu kalau kau membiarkan mereka melakukannya. Benar, ucapan Xander memang benar dan entah mengapa ucapan itu sangat mengena di hati Sena. Sena mencari Xander malam itu ke kamarnya, tapi karena Xander tidak ada, Sena pun mencari pria itu ke kolam renang. Namun, Sena malah melihat Xander yang sedang mengobrol dengan Andrew dan Sena juga berakhir dengan mendengar obrolan mereka. Sungguh, bukan maksud Sena menguping, tapi rasanya Sena tidak bisa menggerakkan kakinya mendengar semua nasihat Xander yang sangat bijak dan sangat benar. Dan Sena merasa semua nasihat itu berlaku untuk dirinya juga. Selama berada di rumah ini, Sena tentu saja senang. Hidup di rumah mewah dengan segala kebutuhan yang terpenuhi. Bahkan disukai oleh sang pemilik rumah. Rasanya tidak ada yang akan menolak ada di posisi Sena saat ini. Namun, tidak dapat dipungkiri, perasaan Sena juga tidak pernah benar di sini. Dianggap sebagai Giana oleh Andrew begitu lama dan harus berpura-pura ka
"Apa kau sudah selesai, Miranda?" Suara ketus Xander seketika mengagetkan semua orang sampai mereka pun terdiam sejenak, termasuk Miranda yang mendadak kehilangan senyumnya. Tadinya Miranda masih begitu heboh memberikan banyak barang untuk rumah Xander sambil tertawa, tapi saat ini tawanya benar-benar lenyap karena nada bicara Xander. Namun, Miranda yang jago berakting pun tetap meneruskan aktingnya dan kembali tertawa dengan santai. "Ada apa, Xander? Aku tidak mengerti maksudmu." "Aku bertanya apa kau sudah selesai dengan semua drama ini?" Miranda mengernyit mendengarnya. "Drama? Apa maksudmu?" "Kau tahu kalau aku merasa seperti sedang menonton film secara live saat ini. Caramu bicara, gerak tubuhmu, semua terlihat berlebihan di mataku." "Xander ....""Bukankah sudah kubilang kalau kita sudah putus? Jadi berhentilah melakukan hal seperti ini! Daripada mengurusi rumahku, lebih baik kau mengurusi apartemenmu sendiri di sini atau apartemenmu di Paris. Jangan mengurusi rumahku la
"Mungkin itu Kak Xander pulang, Bik," seru Andrew saat mendengar suara mobil berhenti di depan rumahnya. Andrew pun langsung melangkah membuka pintu rumahnya dan ia terdiam sejenak melihat ternyata bukan Xander yang pulang. "Eh, Miranda?" "Selamat malam, Andrew." "Ah, selamat malam. Ini kejutan kau kemari padahal tadi siang kita baru saja bertemu kan?""Hmm." Miranda pun masih tersenyum sambil mengangguk saat tiba-tiba mobil Xander juga masuk ke sana dan berhenti di depan rumah. Sontak Andrew dan Miranda pun menoleh bersamaan dan Miranda pun langsung tertawa makin lebar melihat mobil Xander. Xander sendiri sudah membelalak dan Sena sudah terdiam di mobil saat melihat Miranda ada di depan rumah mereka. "Oh, sial! Apa yang dilakukan wanita itu di rumahku?" seru Xander yang langsung saja keluar dari mobilnya. Sena yang takut Xander membuat keributan pun ikut keluar, namun Xander sudah terlanjur menghampiri Miranda dan mencekal lengan wanita itu. "Apa yang kau lakukan di rumahku,
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.